Thursday 17 November 2011

SO, IF IT CAN'T MAKE ANYTHING BETTER, STOP WHINING!!



 When life seems to beat you down, dare to fight back. 
 When there seems to be no hope, dare to find some. 
 When you’re feeling tired, dare to keep going. 
 When times are tough, dare to be tougher.
-Steve Maraboli

Saya dan juga anda pasti sering mendengar quote “Tuhan tak pernah tidur”. Tenang, saya tak mau ceramah di sini. Saya cuma mau berbagi aja.

Beberapa menit yang lalu ada yang mengetuk pintu kamar saya. seperti biasa, saya pikir anak sebelah yang mau numpang sholat, numpang belajar, atau minjem apalah. Saya teriak dong, “Come in…!!” Eh, dia masih ngetok. Oke, berarti anak sebelah yang “ga begitu deket” ini.

Saya males-malesan buka pintu.

“Neng geulis, ini ibu bawa keripik..”

Geblek, ga mungkin. Ini Malaysia bo, bukan sunda. Coret.
“Neng geulis, ini ibu bawa keripik..”

Saya lupa gimana bahasanya, intinya adalah ada ibu-ibu berjilbab menawarkan keripik-keripik ketela. Karena kebiasaan menolak sales di rumah, saya otomatis tanpa melirik dagangannya langsung menolak dengan halus. Sebelum menutup pintu saya masih sempat melihatnya mengetuk pintu kamar depan.

Saat sudah di dalam itulah, tau-tau saya merasa iba. Di luar hujan minta ampun derasnya. Jangankan keluar, beranjak dari kasur pun malas rasanya. Saya ga kebayang berapa kamar yang ibu ini ketok untuk sekedar menawarkan dagangannya. Di gedung ini ada 5 lantai, masing-masing lantai ada sekitar 30-40 kamar. Saya tinggal di lantai 3. Artinya si ibu ini sudah lebih dulu keliling lantai 1 dan 2, dengan bawaan sebanyak itu. Catet: dia bawa sekitar 4 kantong besar keripik. Apakah semua yang diketuknya membeli? Tentu tidak. Mungkin ada banyak yang seperti saya, keburu males menghadapi para sales dan peminta sumbangan.

Tapi ibu ini bukan peminta-minta. Dia jualan. Setidaknya ada usaha. Dan tidak seperti sales yang ngeyel saat kita tolak, ibu ini langsung pamit dengan sopan.

Sebelum dia keburu jauh, saya buru-buru menyambar uang di kantong celana dan mencari si ibu. Tak banyak yang saya beli, hanya 1 bungkus keripik. Ternyata si ibu bisa mengenali perbedaan logat saya. Kami ngobrol sejenak tentang asal dan studi saya di sini.

“Good luck”, katanya sebelum pergi.

Kesopanan dan usahanya telah menggetok kepala saya, mengingatkan saya pada masa-masa sulit dulu dimana orang tua saya harus berjuang mencari kerja sampingan untuk membiayai studi saya dan kakak-kakak saya. Dua orang kakak saya di perguruan tinggi, satu di SMA, dan saya sendiri di bangku SMP waktu itu. Dengan gaji guru yang pas-pasan (waktu itu belum ada program sertifikasi) pasti sangat sulit bagi orang tua saya. Saya masih mengalami saat-saat kami berusaha mencari tambahan dari berjualan telur asin, kacang telur, dan aneka cemilan lainnya. Bagaimana dulu saya selalu menggerutu saat disuruh membantu. Bagaimana dulu saya merasa sangat malu saat disuruh menitipkan dagangan di toko-toko.

Ya, sejenak si ibu tadi mengingatkan saya pada ibu saya. Alhamdulillah, sekarang keadaan ekonomi keluarga saya sudah jauh lebih baik. Thanks god, ada program sertifikasi. Saya ga peduli banyak orang yang mencaci program itu. Oke, stop, ini bukan iklan layanan masyarakat. =P

Intinya adalah Tuhan gak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya. Saat anda mengeluh akan menu makan yang tidak enak, maka mungkin kemampuan anda memang selembek nasi yang akan penyek saat terinjak. Saat kita mengeluh akan panasnya matahari, maka mungkin endurance kita hanya setipis bedak yang akan luntur terhapus keringat. Saat kita mengeluh nilai ujian jeblok, maka mungkin memang sejeblok itulah usaha yang kita lakukan. (memangnya apa yang kamu harapkan dari belajar sistem kebut semalam??)

Keluhan-keluhan manja itu sungguh merepresentasikan kemampuan kita.

Seriously, masalah yang kita hadapi tidaklah sepelik itu sebenarnya. Setidaknya anda tidak harus berpikir akan makan apa besok, mau bayar pake apa spp bulan depan, atau biaya berobat salah satu anggota keluarga anda.

Ingatlah, Tuhan gak pernah tidur. Usaha sebesar zarrah pun akan mendapat imbalan dari-Nya. Sebelum anda mengeluh, pastikan anda sudah melakukan apapun yang mungkin anda usahakan. Si ibu tadi melakukan apa yang mungkin bisa dia lakukan. Dan apa yang dia lakukan jauh melebihi usaha menye-menye kita yang selalu kita bangga-banggakan. Jadi, berhentilah mengeluh.

If it can’t make anything better, please stop whining!



PS:
Saya besok ujian. Dan sebelum ibu tadi datang, saya malah internetan dan nanyi-nyanyi lagu galau. Ibu tadi sekaligus mengingatkan saya untuk belajar dengan bener, setidaknya untuk exam week ini. Karena di rumah, pasti ibu saya sedang ngajar les sampai malam nanti, agar ada uang simpanan saat tau-tau saya minta kiriman. Karena mungkin di rumah ibu dan bapak saya sedang puasa dan berdoa untuk exam saya. *maafkan anakmu ini , bu. Tobat saya tobat…
Anyway, wish me a “blast” exam, folks.

Thursday 10 November 2011

A Girl Named Thing


I saw a girl
wearing a blue jeans and t-shirt
with a boyish bag slinging on her shoulder

I saw a girl
talking loudly, behaving wildly
see..she laughs like no one will care

I saw a girl
with fire in her eyes
with harsh face no one can deny
with bravery and idea in her mind

But I can saw deeper
deeper than those obvious appearance
that the fire is about to die down
that bravery is turning into fear
and the idea will not be spoken

I saw a girl
in the shadow of others
hiding her truly dream
living a fake happy smile

the bitterness
the sacrifice
the acceptance and responsibility

I saw a girl
She's about to die

Friday 4 November 2011

HI, WORLD..!!


"We write to taste life twice, in the moment and in retrospection." (Anais Nin)
Hi, world..!!  This is my new blog after sooo long having unamanaged ones. Yep, saya pernah bikin satu dan satu lagi dapat dari beasiswa yang saya peroleh. Tapi dua-duanya mati suri. Hanya ada masing-masing satu post. Udah. Dan sekarang saya tergugah untuk menghidupkan kembali bakat menulis saya. Hehe

 I'm serious. Kata orang-orang saya memang punya bakat menulis. Kata ayah saya (ya iyalah), dan juga beberapa guru saya dulu. Bukan bermaksud sombong ya, saya pernah beberapa kali jadi juara menulis, sinopsis misalnya. Ya..bukan juara 1 sih, tapi kan lumayan juga.

Saat masih kecil dulu (TK atau SD mungkin), saya punya buku kecil, khusus untuk nulis-nulis karya saya. Simpel aja sih, puisi, pantun, atau cerpen. Saat saya udah agak gedean dan baca lagi buku itu, ya Tuhan.. isinya bener-bener silly. Puisi tentang air, api, pelangi, sawah, petani. What i mean as cerpen (short story) here is really a short one. Beberapa kalimat dan udah. Tamat. But still, u can count with u'r single hand a kid who has a book like me. Nah, hebat kan.  Oke, isinya silly, tapi memangnya apa yang bisa anda harapkan dari tulisan bocah yang baru bisa nulis??

Akhir-akhir ini saya mulai merasa kemampuan menulis saya perlahan-lahan terkikis oleh lamanya saya tidak menulis apapun, kecuali update status di twitter atau facebook dan tugas kuliah. Saat saya ingin menulis essay atau apapun itu, saya pun bingung harus memulai dari mana. Saat ada banyak yang ingin saya ceritakan, saya tak tahu bagaimana mengungkapkannya. Akhirnya saya merasa ini adalah saat yang tepat untuk mulai menulis lagi.

Saya gak mengharapkan blog saya akan jadi a famous and inspiring blog kaya punya Henrik Edberg atau popular blogger lainnya. Tapi at least, saat punya hal di kepala yang tak sanggup saya katakan, saya bisa menuangkannya di sini. Saat saya ingin mengabadikan momen penting (menurut saya tentunya), saya bisa mematrinya di sini. Saat saya ingin berbagi ilmu atau pengalaman atau perasaan, saya bisa membaginya di sini. Sehingga suatu saat nanti saya bisa me-rewind semuanya dengan membaca-bacanya kembali.
So, enjoy reading my blog. =)